Jangan Pisahkan Kami :(

Good morning, aku menulis ini ketika sedang di kelas, tumben dan baru sekarang lagi aku ingin menulis lagi di blog. pastinya tentang perasaan yang sedang ku alami.

Yaa..sedikit bingung memang ketika aku serba salah, ingin mengikuti kehendak namun jika tanpa ijin takut ada cap durhaka, jika memendam kehendaku ataupun kami, faktanya ini hak kami untuk melakukan apa yang kami inginkan dan ini lah kebahagiaan yang kami ciptakan.

Yes, saat ini aku sedang mengikuti program PPG, dimana sudah hampir mau 3 bulan menjalani belajar secara online atau disebutnya Daring. Setelah daring yang nanti kulewati, ada fase berikutnya yaitu belajar secara offline alias tatap muka selama 2 bulan. Dan hal yang tak pernah kuduga adalah tempat untuk melaksanakan PPG offline nya di tempat yang jauh yaitu Jogjakarta. Well, dulu setahun yang lalu ketika masih proses test UKG dan gagal lagi dan lagi, aku memang berkeinginan untuk PPG diluar kota yang jauh, apalagi Jogjakarta, karena kupikir aku ingin suasana yang bari tantangan yang baru dan ingin belajar mandiri. Selama ini belum pernah aku akan tinggal lama di kota orang lain apalagi dengan niat akan nge-kost. Namun seriring berjalannya waktu ternyata yang ku inginkan mending kota yang cukup dekat yaitu bandung. Ketika aku tahu teman teman angkatan PPG yang sedang berjalan mereka ditempatkan di Bandung, aku sudah berpikiran berarti nanti angkatanku akan di bandung juga. Udah siap mental juga saat itu, karena Alhamdulillah di bandung ada rumah kedua, selain itu suami bisa nengok kadang stay disana karena jarak Garut – Bandung begitu dekat.

Namun yang terjadi ternyata, aku beda tempat, ada sebagian yang ditempatkan di bandung namun ternyata aku dan sebagian yang lain ditempatkan di Jogjakarta. Ekpresiku kala itu sungguh ambigu, antara senang atau sedih. Karena semuanya diluar ekpektasiku. Akhirnya pasrah dan sudah menyiapkan mental dan fisik.

Hari ini, dua minggu lagi aku akan berangkat ke Jogjakarta. Dan ternyata mulai tergoyah hatiku , mulai sedih, mulai dilemma. Yang awalnya aku senang akan berangkat dan mandiri, tapi ternayta saat ini aku merasa berat karena tak terbiasa sendiri. Karena ketergantunganku sama suami. Dia yang selalu memperlakukanku seperti tuan putri wkwkwkkwkwkw.

But, dilain sisi aku berpikir anggap aja ini adalah bulan madu kita yang tertunda selama 3 tahun ini, dari dulu ingin rasanya kau naik kereta api dan pergi ke Jogjakarta namun tak pernah kesampaian. Dan dalam kondisi ini, sambil melakukan pekerjaannku kenapa tidak sambil menikmati bulan madu kami, mumpung kami masih berdua. Akhirnya aku usulkan sama suami buat ikut aja. Toh di garut ataupun Jogjakarta kita berdua sama aja. Pengeluaranpun sama aja, karena kita memang masih berdua. Yaaa karena pengeluaran dan kegiatanpun sama aja hanya beda tempat, kenapa tidak kita di satu tempat saja, dan bisa melangsungkan bulan madu atau menikmati jalan jalan berdua sekitaran Jogjakarta. Untuk nafkah suami, sebenarnya bsia di atur dan bisa di handle sama sodara dan transfer ke kita. Apa salahnya mumpung masih berdua dan masih bisa menjalani ini, kita lakukan aja.

Namun ternyata rencana ini gak mulus, ada rintangan dimana mertuaku tak mengijinkan suami untuk ikut. Yaah karena mungkin dari segi beban biaya hidup jadi double ataupun mereka berpikir apa yang akan dilakukan suamiku disana. Padahal di tempat kontrakku nanti aku punya teman juga yang PPG dimana dia bawa suaminya pula, bedanya adalah suaminya rela ikut untuk menjaga buah hati mereka karena masih berumur 2,5 tahun.. nah aku? Yaa buat jaga aku donk ahhaha, apalagi suamiku sangat khawatirnya bisa dibilang berlebihan tapi tanda sayang, apa apa jangan aku lakukan, kalau pergi jauhpun lebih baik dia yang antar.

Nah salahnya mungkin suami semalamketika memberi tahu kepada mertua alasannya katanya khawatir kalau aku ke kampus sendiri, mau di antar antar sama suami, ya jelas mertua tidak menerima alsasan itu , mereka bilang kan harus mandiri.

Actually, aku sendiri sosok yang mandiri dan super gesit dulu sebelum menikah, sebelum mengenal suamiku. Tapi sejak kenal suamiku dulu, dia super menjagaku. Bahkan akupun pernah mengeluh terhadap perlakuannya, jangan perlakukanku seperti ini, nanti aku akan menjadi manja dan ketergantungan, tapi suami bersikap bodo amat dan senang jika aku menjadi ketergantungan sama dia. Nah sekarang aku yang menjadi super manjaaaa kebangetan, harus sendiri di Jogjakarta tanpa suami tercintaku, astagaaaa membayangkannnya saja sungguh berat. Padahal aku pernah mandiri, tapi untuk hal ini rasanyaakan melalui proses yang sulit untuk menjadi seorang wanita yang mandiri, dua bulan cuk tanpa suami OMG.

Sampai saat ini perasaan ini di ombang ambing terus, kemarin senang udah punya rencana ini itu di jogja sama suami, tapi langsung sedih ketika tidak disetujui oleh mertua. Dan akhirnya pasrah, masih ada dua minggu lagi untuk menunggu perubahan hati mertua. Karena memang jika kita tetap memaksakan kehendak dan berangkat tapi mertua tak mengijinkan rasanyaaaa gak tenang hati ini. Dilain sisi, ini rumah tangga kami, ini kebahagiaan kami, di lain sisi mereka orang tua kami yang harus kami hormati dan hargai keputusannya L
please……my beloved parents jangan pisahkan kami, apalagi saat 5 hari aku ditinggal pergi suami waktu kerja ke bekasi, itu aku sudah galau parah di hari ketiga.

Dan ketika ku tinggal pergi berkemah 3 hari, suamikupun galau. Kita terbiasa bersama, saking seringnya bersama, bahkan tak ada rasa bosan, yang ada selalu rindu setiap hari.

Tinggalkan komentar